oleh Belajar Bahasa Inggris Online
Yuk..! pada 28 Maret 2012 pukul 8:49 ·
Bahasa Inggris di
Indonesia secara umum diajarkan sebagai bahasa asing. Istilah 'bahasa asing'
dalam bidang pengajaran bahasa berbeda dengan 'bahasa kedua'. Bahasa asing
adalah bahasa yang yang tidak digunakan sebagai alat komunikasi di negara
tertentu di mana bahasa tersebut diajarkan. Sementara bahasa kedua adalah
bahasa yang bukan bahasa utama namun menjadi salah satu bahasa yang digunakan
secara umum di suatu negara.
Sebagai contoh,
bahasa Inggris di Singapura adalah bahasa kedua. Media massa, komunikasi, dan
pembicaraan di negara tersebut kerap menggunakan bahasa Inggris.
Sementara Bahasa
asing biasanya diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dengan
tujuan berkomunikasi dasar serta menguasai 4 skill berbahasa (menyimak,
membaca, menulis, berbicara) dalam bahasa tersebut dalam batasan tertentu.
Di Indonesia,
kebijakan pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing berubah seiring waktu
dan pergantian kebijakan yang kebanyakan dipengaruhi ekonomi dan
politik. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari sejarah Bahasa Inggris
di Indonesia...
Jaman Belanda
Pada masa peperangan
dengan Belanda, Bahasa Inggris diajarkan di MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs) yang setara dengan SMP dan AMS (Algemeene Middlebare School) yang
setara dengan SMA. Pada masa ini, selain anak-anak Belanda, hanya
orang-orang pribumi tertentu yang mampu dan diijinkan bersekolah di MULO dan
AMS. Sebagian besar anak pribumi biasa hanya sekolah hingga tingkat yang setara
SD saat sekarang. Kondisi ini turut mempengaruhi pengajaran Bahasa
Inggris.
Dan jangan salah,
kondisi sekolah pada jaman Belanda ini konon sangat bagus. Guru-guru mendapat
gaji besar, material pengajaran mencukupi, dan sistem pengajaran dan ujian
sangat berkualitas. Wajar, karena sebagian besar yang sekolah hanyalah
orang-orang berduit, terpandang, atau anak orang Belanda.
Lulusan MULO
biasanya mampu berbahasa Inggris dengan sangat baik. Selain itu, mereka juga
wajib menguasai bahasa Belanda serta memilih pelajaran bahasa pilihan Prancis
atau German, serta bahasa lokal (Jawa/Melayu).
Namun membandingkan
kondisi pengajaran di sekolah pada jaman Belanda dan sekarang tidaklah adil,
karena saat itu, sekolah bersifat elit dan kemewahan adalah bagian dari
elitisitas tersebut.
Jaman Jepang
Pada masa peperangan
dengan Jepang, kondisi sebaliknya terjadi. Bahasa Belanda, Inggris, dan bahasa
Eropa lainnya dilarang total digunakan di Indonesia. Semua buku yang berbahasa
tersebut dimusnahkan dan dibakar. Sedihnya, keputusan pembakaran buku ini berdampak
hingga saat ini, di mana sangat sedikit referensi sejarah yang bangsa Indonesia
miliki tentang negerinya sendiri.
Sisi lainnya, Jepang
merubah secara radikal sistem pendidikan, dari elitis menjadi egalitarian.
Semua orang harus sekolah.
Selain itu, bahasa
Jepang diajarkan secara intensif dan bahkan ditargetkan menjadi 'bahasa kedua'
di Indonesia. Ditambah, pada masa Jepang ini lah banyak buku-buku asing yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Jaman Kemerdekaan
Bahasa Inggris
secara resmi diajarkan sebagai bahasa asing di sekolah-sekolah Indonesia
seiring dengan keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1967.
Sejak saat itu,
perubahan menteri, kurikulum, keadaan politik, ekonomi dan perkembangan ilmu
pendidikan, terus mewarnai perkembangan pengajaran Bahasa Inggris sebagai
bahasa asing di Indonesia.
Mulai dari sistem
pengajaran di mana siswa diwajibkan menghapal sekian ratus kata dan artinya
dalam waktu tertentu, menguasai grammar, lalu berubah ke orientasi bahasa
Inggris untuk komunikasi, sampai ke isu pengajaran bahasa Inggris untuk
anak-anak saat ini.
Yang perlu menjadi
catatan adalah dana trilyunan rupiah yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan
beragam pelatihan, seminar, peningkatan kualitas guru, perubahan kurikulum,
pengadaan fasilitas bahasa semacam laboratorium hingga kamus dan semacamnya.
Sebagian dari usaha ini membawa hasil positif, sebagian lainnya tidak jelas.
Mulai dari pendirian
model pelatihan ekperimental yang disebut Standard Training Course (STC) di
Bukit Tinggi dan Yogyakarta pada tahun 1950an (catatan penting: didanai oleh
Ford FOundation), lalu pendirian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Malang
yang lalu berubah menjadi IKIP malang (sekarang Uiversitas Negeri Malang),
hingga kontroversi Sekolah Berstandar Internasional saat ini.
Masalahnya adalah,
konon sebagian besar dana yang digunakan untuk proyek-proyek pendidikan ini
berasal dari pinjaman luar negeri, dan tentu saja, harus dikembalikan.
Beberapa catatan
Pada tahun 1960-an,
ada dua kementrian yang mengurusi masalah pendidikan di Indonesia, yaitu
Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan serta Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan. Celakanya, konon kedua pejabat tersebut saling berbeda pandangan,
yang satu cederung kiri yang lain cenderung nasionalis. Dan hal ini turut
mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Kondisi politik
1960-an di mana faham komunis berjaya, membuat sebagian besar tenaga pengajar
asing (khususnya dari negara barat) meninggalkan Indonesia, dan menciptakan
kesenjangan proses perkembangan pendidikan.
Kontroversi
pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Sebagian pihak berpendapat
mengajarkan bahasa Inggris pada siswa SD akan sangat bagus bagi perkembangan
anak ke depannya. Namun di sisi lain, perbedaan kondisi sosial, ekonomi dan
geo-politik daerah-daerah di Indonesia, menciptakan perbedaan kualitas sekolah
dan latar belakang siswa, sehingga ada siswa-siswa yang jangankan berbahasa
Inggris, bahasa Indonesia dasar saja mereka belum menguasai secara baik.
Bahasa Inggris
adalah bisnis yang besar. Jutaan dolar mengalir ke negara produsen material
pengajaran Bahasa Inggris (USA, UK, Australia) dalam bentuk pembelian materi
audio-visual, buku, sumber daya manusia dan lain-lain.
Bantuan-bantuan dari
negara tersebut di atas dalam bentuk proyek pelatihan bahasa Inggris, beasiswa
dan sebagainya bukanlah ketulusan. Semakin banyak penguasa bahasa Inggris di
negara ini, semakin mudah penyebaran faham dan ideologi mereka. Ditambah, hubungan
ekonomi, politik, bisnis, akan lebih gampang jika dilakukan dalam bahasa yang
sama.
Masalah utamanya,
adalah; Siswa mempelajari bahasa Inggris di Indonesia tanpa tujuan yang jelas.
Untuk berkomunikasi? Untuk ke luar negeri? untuk nilai?
0 komentar:
Posting Komentar