Kampus II Universitas Muhammadiyah Magelang

Kampus II Universitas Muhammadiyah Magelang Jl. Bambang sugeng Km 5 Santan Mertoyudan Magelang

Study Ekskursi

Studi Lapangan ke pabrik-pabrik selama satu minggu, untuk mempelajari dunia kerja di perusahaan, sebelum menjalankan kerja praktik

IMTII Ikatan Mahasiswa teknik Industri Indonesia

Foto ini di ambil pada waktu mengiluti Kongres IMTII ke II di bandung, Foto dengan Angota IMTII Zone Jateng dan Sekjen IMTII demisioner dan yang terpilih

Story Telling Contes

Kerjasama Antar Teknik Industri dengan Lab Bahasa den Akademi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang

Logo Himpunan Mahasiswa Teknik Industri UMMgl

Logo Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang

Minggu, 05 Agustus 2012

PENGERTIAN PRODUKTIVITAS KERJA


Produktivitas kerja didasarkan pada pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pengembangan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumberdaya secara efisien namun tetap menjaga mutu kualitas. Syarif (1991) memberikan batasan yang jelas mengenai produktivitas, melalui dua konsep yakni:
Daya Guna (Efisiensi)
Kondisi yang menggambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana dan alam yang digunakan untuk mengusahakan hasil-hasil tertentu.
Hasil Guna (Efektivitas)
Adalah suatu kondisi yang menggambarkan akibat dan kualitas dari hasil yang diusahakan.
Sehingga dari dua konsep produktivitas di atas diartikan sebagai suatu kinerja yang menunjukan adanya kesimbangan dan keselarasan antara daya guna dengan hasil guna. Produktivitas dapat dikatakan sebagai ukuran pendayagunaan faktor produksi dan tenaga kerja dalam proses produksi. Hal ini penting dalam upaya peningkatan keuntungan organisasi dan kesejahteraan pertumbuhan ekonomi serta perluasan kerja karyawan (Soepomo, 1980).
Menurut Piagam Oslo (dalam Anoraga dan Sayuti ,1995) produktivitas diartikan sebagai berikut :
Produktivitas adalah konsep universal yaitu penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan karyawan dengan menggunakan sedikit sumber daya.
Produktivitas didasarkan pada perumusan tujuan organisasi secara efektif, perencanaan pengembangan, dan pelaksanaan dengan penggunaan sumber daya secara efektif. Produktivitas secara terpadu yang melibatkan segala usaha karyawan dengan menggunakan modal, skill, teknologi, manajemen, informasi energy dan sumber daya.
Menurut laporan Dewan Produktivitas Nasional (Bambang dalam Anoraga dan Sayuti, 1995) pengertian Produktivitas adalah:
Sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.
Menurut Sinungan (1997) secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata dengan pemasukan yang sebenarnya. Greenberg (dalam Sinungan, 1997) mendefinisikan produktivitas kerja sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.Ravianto (1985) mendevinisikan produktivitas kerja sebagai ukuran efisiensi yang menggunakan modal, material, peralatan, manajemen, SDM, infrmasi, dan waktu untuk menhasilkan barang seta jasa.
Menurut Tambunan (2001), produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang dipergunakan. Produktivitas kerja oleh Hadi Pranata (1996) diartikan sebagai gabungan antara unsur efektivitas, efisiensi, dan kepuasaan kerja yang mengandung volume produktif, hemat masukan serta optimalis kepuasan kerja secara manusiawi.
Putra (1990) menjelaskan bahwa produktivitas kerja adalah jumlah output yang dihasilkan seseorang secara utuh dalam satuan waktu kerja yang dilakukan. Ini meliputi kegiatan yang efektif dalam mencapai hasil atau prestasi kerja, yang bersumber (input) dari penggunaan bahan secara efisien. Produktivitas perusahaan merupakan kemampuan untuk menghasilkan barang dan atau jasa dengan sumber daya atau faktor-faktor produksi yang dimiliki. Produktivitas adalah kinerja yang menghasilkan lebih banyak dan berkualitas lebih baik dengan usaha yang sama.
Sedangkan dari sudut pandang psikologi, produktivitas menunjukkan pada perilakusebagai keluaran (out put) dari suatu proses berbagai macam komponen kejiwaan yang membelakangainya (Anoraga, 1995). Seorang tenaga kerja dikatakan produktif jika ia mampu menghasilkan keluaran (output) yang lebih banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan orang itu sendiri maupun yang berhubungan dengan faktor–faktor di luar dirinya. Secara psikologis menurut Feinberg (1990), produktivtas kerja dipengaruhi oleh seperti motivasi kerjakepuasan kerjaprestasi kerjapenghargaandengan tidak mengabaikan sisi lain seperti lingkungan kerja baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Anoraga dan Suyati (1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dominan dalam meningkatkan produktivitas kerja, antara lain :
a. Pendidikan dan Pelatihan
b. Motivasi
c. Kontrol Diri
d. Ketrampilan
e. Sikap dan Etika Kerja
f. Gizi dan Kesehatan
g. Tingkat Penghasilan
h. Lingkungan Kerja dan Iklim kerja
i. Teknologi
j. Sarana Produksi
k. Jaminan Sosial
l. Manajemen
m. Kesempatan Berprestasi
Daftar Pustaka
Anoraga dan Suyati. 1991. Psikologi Industri dan Psikologi Sosial. Jakarta: Pustaka Jaya

Rabu, 01 Agustus 2012

Apa sih Pentingnya Manpower Planning?


Pada kesempatan ini, saya ingin sedikit membahas mengenai pentingnya perencanaan kebutuhan tenaga kerja atau Manpower Planning di dalam perusahaan. Dari perspektif organisasi, faktor manusia merupakan satu-satunya faktor yang harus dinilai sebagai aset paling utama di dalam perusahaan. Namun demikian, belum semua perusahaan menerapkan kebijakan mengenai pentingnya melakukan penyusunan kebutuhan tenaga kerja. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal, misalnya saja kebijakan perusahaan yang belum baku, kebutuhan tenaga kerja selama ini dianggap masih memadai sehingga tidak diperlukan perencanaan tenaga kerja, program pengembangan perusahaan belum mempertimbangkan faktor manusia sebagai faktor yang strategis, dan masih banyak faktor lainnya yang tentu akan sangat beragam di masing-masing perusahaan.

Oleh karena itu, bagi Anda para pembaca yang mungkin tertarik pada bidang ini (sebagai profesional HR atau pimpinan yang sedang menyusun strategi pengembangan bisnis dan organisasi (untuk tulisan mengenai Organization Development bisa Anda klik di sini)), sangat perlu untuk mempertimbangkan betapa pentingnya faktor perencanaan kebutuhan tenaga kerja sehingga organisasi Anda nantinya tidak akan collaps ketika mengeksekusi strategic plan yang telah disusun oleh para pembuat keputusan.

Pengertian
Manpower Planning (MPP) atau Perencanaan Tenaga Kerja adalah proses identifikasi dan evaluasi untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang akan mengisi jabatan dalam organisasi perusahaan. Kegiatan dalam MPP ini merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi atau perusahaan untuk menjalankan fungsinya dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, MPP merupakan salah satu fungsi yang menjadi prioritas setiap bagian di dalam organisasi untuk memenuhi kebutuhan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan menjalankan fungsi-fungsi lainnya di dalam organisasi.

Penyusunan rencana kebutuhan tenaga kerja pada setiap bagian harus didasarkan pada pertimbangan bahwa struktur organisasi dan content dari setiap job telah disusun dan ditetapkan sesuai dengan standar struktur organisasi yang berlaku. Dengan adanya struktur organisasi yang telah sesuai dengan standar (didasarkan pada didasarkan pada aktivitas organisasi yang bersangkutan dan diarahkan kepada visi, misi, dan tujuan), maka rencana kebutuhan tenaga kerja diharapkan dapat dikelola dengan lebih baik dan seimbang antara kualitas dan kuantitasnya (untuk bahasan mengenai struktur organisasi, bisa Anda klik di sini).

Dari segi kualitas, tenaga kerja yang dibutuhkan harus dapat memenuhi kriteria-kriteria (kompetensi, skill, pendidikan, pengalaman, dll) yang telah ditetapkan pada saat proses standardisasi struktur organisasi tersebut di atas. Dengan demikian, dalam menentukan kuantitas (jumlah) tenaga kerjanya, setiap bagian organisasi diharapkan tidak akan mengalami kesulitan karena telah memahami sistem kerjanya (organisasi) dengan lebih baik.

Tujuan MPP
Meskipun bersifat perencanaan, MPP sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan dalam organisasi sehingga rencana kebutuhan tenaga kerja harus disusun secara komprehensif di setiap aspek organisasi. Tujuan dari penyusunan MPP bagi organisasi baik secara parsial maupun keseluruhan adalah:
  1. Organisasi diisi oleh orang yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dan pada jabatan yang tepat (the right man, on the right place, at the right time, and on the right job).
  2. Menjamin bahwa setiap kegiatan dalam organisasi terlaksana dengan efektif dan efisien.
  1. Menghindari terjadinya kekosongan jabatan pada organisasi dalam waktu yang lama.
  2. Memperkirakan jumlah tenaga kerja pada waktu tertentu.
  3. Membantu organisasi untuk meningkatkan kualitas atau produktivitas tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah tenaga kerjanya.
Kebijakan dalam Penyusunan Manpower Planning (MPP)
Penyusunan MPP merupakan salah satu kegiatan yang perlu untuk ditentukan arahnya oleh para pembuat keputusan. Dalam hal ini, arah tersebut dapat merupakan kebijakan-kebijakan yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penyusunan MPP tersebut. Beberapa contoh kebijakan dalam penyusunan MPP, misalnya:
  1. MPP disusun berdasarkan pada pertimbangan terhadap jabatan pada struktur organisasi, beban kerja pada jabatan yang bersangkutan, adanya perubahan teknologi, program promosi/rotasi/mutasi/demosi tenaga kerja, turnover tenaga kerja, dan atau produktivitas organisasi. Faktor-faktor tersebut diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi setiap bagian di dalam organisasi dalam menilai apakah penambahan tenaga kerja baru diperlukan pada periode tertentu atau tidak.
  1. Penyusunan MPP dilakukan untuk menjadwalkan rencana program perekrutan tenaga kerja baik secara internal (misalnya dengan promosi, rotasi, mutasi, atau demosi) maupun eksternal (mencari kandidat dari luar).
  1. MPP biasanya disusun untuk jangka waktu satu tahun dan jika terdapat kebutuhan yang mendesak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, namun tetap mengacu pada prosedur yang telah ditetapkan oleh organisasi (perusahaan).
  2. Rangkaian proses penyusunan MPP adalah kegiatan sosialisasi pengisian formulir Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja, identifikasi kebutuhan tenaga kerja, pengisian formulir Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja, Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja (MPP) Tahunan, dan Evaluasi Hasil Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja (MPP) Tahunan.
  3. Setiap bagian di dalam organisasi diminta untuk melaporkan MPP tahunannya kepada pihak yang membutuhkan seperti pada fungsi Human Resources Department (HRD) atau SDM setelah disetujui oleh pimpinan yang bersangkutan.
Pembagian Wewenang dan Tanggung Jawab
Dalam proses penyusunan MPP tentu melibatkan beberapa fungsi di dalam organisasi, untuk itu berikut diuraikan pembagian wewenang dan tanggung jawab dua bagian penting yang akan menjalankan fungsi MPP agar dapat digunakan sebagai pedoman dan untuk menjamin proses penyusunan MPP tersebut terlaksana dengan baik.

1. User (bagian yang membutuhkan tenaga kerja)
  • Masing-masing user membuat Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Tahunan atau Manpower Planning dan menyerahkannya ke bagian HRD setiap akhir tahun (misalnya pada awal bulan Nopember).
  • User dapat membuat permintaan kebutuhan tenaga kerja yang bersifat mendesak dan di luar dari Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Tahunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan.
2. Human Resources Department (HRD)
  • Melakukan sosialisasi kepada setiap user setiap untuk menyusun Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Tahunan (kebutuhan selama satu tahun yang akan datang) sehingga pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dapat terjadwal dengan baik.
  • Membuat daftar Rekapitulasi Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja (Manpower Planning) Tahunan yang didasarkan pada laporan MPP yang telah diterima.
  • Menyusun rencana pelaksanaan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja melalui proses rekrutmen internal dan atau eksternal yang berdasarkan pada prosedur rekrutmen tenaga kerja yang berlaku.
Pada bagian terakhir, saya ingin menekankan bahwa hal mendasar yang perlu untuk diperhatikan adalah sistem MPP yang disusun harus mempehatikan visi, misi, tujuan, nila-nilai budaya, dan strategi-strategi pengembangan yang dirumuskan oleh para pembuat keputusan sehingga sistem MPP yang dibangun dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Semoga bermanfaat.

Daftar Bacaan
Bechet, Thomas P. 2002. Strategic Staffing: A Practical Toolkit for Workforce Planning. New York, USA: AMACOM - American Management Association.

Child, John. 1984. Organization: A Guide to Problems and Practice. Second edition. London: Paul Chapman Publishing Ltd.

Rothwell, william J. & H. C. Kazanas. 2003. Planning and Managing Human Resources, Strategic Planning For Human Resources Management. Second edition. Amherst, Massachusetts: Human Resource Development Press, Inc.


Thanks for reading.

Selasa, 31 Juli 2012

Promosi Penggunaan APD atau PPE Kepada Para Pekerja


Ref:  Ismail. A (2009)
Promosi Kesehatan Kerja
Kalau kita membicarakan promosi kesehatan di tempat kerja sebelumnya tentu kita bagi kalimat tesebut menjadi beberapa bagian sehingga artinya menjadi jelas,seperti dibawah ini:
Promosi kesehatan:
Adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara,meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya [Ottawa,1986].  Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya,yang berarti mengembangkan kemandirian,yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran,kemauan dan kemampuan,serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung pengembangan kemandirian tersebut. Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek – bukan obyek,sebagai pelaku bukan sasaran,dan aktif berbuat – bukan pasif menunggu.
Tempat kerja:
Adalah suatu tempat yang sangat erat hubungannya dengan pekerja dan pengelola / yang memiliki serta pengunjung yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan produksi barang atau jasa dan saling interaksi,tempat tersebut dapat berupa ruangan terbuka,tertutup,bergerak atau tidak bergerak.
Promosi kesehatan di tempat kerja adalah:
Upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja,selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya,serta mampu mengatasi,memelihara,meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,baik fisik,mental,dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut,melalui usaha-usaha preventif,promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “Occupational Health”yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif,promotif,kuratif dan rehabilitatif,higiene,penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya,dan sebagainya [Notoatmodjo,2003]
Secara implisit rumusan atau batasan ini bahwa hakekat kesehatan kerja mencakup 2 hal yakni pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Tenaga kerja disini mencakup antara lain buruh atau karyawan,petani,nelayan,pekerja-pekerja sektor non formal,pegawai negeri dan sebagainya. Kedua sebagai alat untuk meningkatkan produksi,yang berlandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan produktivitas. [Notoatmodjo,2003].
Apabila kedua prinsip tersebut dijabarkan kedalam bentuk operasional maka tujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut [Notoatmojo,2003]:
  • Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.
  • Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
  • Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
  • Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
  • Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
  • Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai,apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain suhu ruangan yang nyaman,penerangan / pencahayaan yang cukup,bebas dari debu,sikap badan yang baik,alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomic),dan sebagainya.
Ada dua hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan. Secara mendasar Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah perlu melindungi individu (pekerja),lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya,stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
Secara umum keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja adalah mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial. Para pekerja yang sehat merupakan aset nasional. Perusahaan yang sehat mendukung pekerja yang sehat,yang mana merupakan dasar untuk kesejahteraan sosial ekonomi dari masyarakat. Perusahaan yang tidak sehat menjadikan pekerja yang tidak sehat,meningkatnya angka absensi dan angka kecelakaan,penyakit serta secara langsung ataupun tidak langsung meningkatkan biaya kesehatan yang tinggi bagi keluarga dan masyarakat. Apalagi sebagian besar dari waktu kehidupan pekerja banyak dihabiskan setiap harinya di tempat kerja,sehingga tempat kerja merupakan lingkungan yang yang tepat sekali untuk promosi kesehatan. Apabila hal ini dilalaikan konsekwensinya adalah lingkungan tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan pekerja seperti stress,kecelakaan,penyakit akibat kerja dan bukan akibat kerja.
Keuntungan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja:
Bagi PerusahaanMeningkatnya lingkungan tempat kerja yang sehat dan aman serta nyamanCitra Perusahaan Positif
Meningkatkan moral staf
Menurunnya angka absensi
Meningkatnya produktifitas
Menurunnya biaya kesehatan atau biaya asuransi.
Pencegahan terhadap penyakit.
Bagi PekerjaLingkungan tempat kerja menjadi lebih sehatMeningkatnya percaya diri
Menurunnya stress
Meningkatnya semangat kerja
Meningkatnya kemampuan
Meningkatnya kesehatan.
Lebih sehatnya keluarga dan masyarakat
Mengembangkan Promosi Kesehatan Di tempat Kerja dapat melalui 8 langkah  yaitu:
  1. Menggalang dukungan manajemen.
  2. Melaksanakan koordinasi.
  3. Melaksanakan penjajakan kebutuhan.
  4. Memprioritaskan kebutuhan.
  5. Menyusun perencanaan.
  6. Pelaksanaan .
  7. Monitoring dan evaluasi
  8. Memperbaiki dan memperbaharui program.
Tujuan dan Manfaat Program
Seacara umum tujuan dan manfaat dari program ini adalah sebagai berikut:
  1. Membantu perusahaan dalam mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja.
  2. Membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi akibat kecelakaan kerja.
  3. Membantu perusahaan dalam mengurangi cacat produksi akibat kecekaan kerja.
  4. Membantu perusahaan dalam meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya alat pelindug diri.
  5. Membantu pekerja dalam meningkatkan kesehatan kerja atau mengurangi sakit akibat kerja.
  6. Membantu meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya di tempat kerja dan alat-alat pelindung diri.
  7. Memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada pihak manejemen akan pentingnya APD bagi pekerja dan perusahaan.
Sasaran Peserta Program
Ada dua sasaran utama dari program promosi alat pelindung diri yang dapat  dicanangkan yaitu;
  1. Manajemen perusahaan;untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen perusahaan untuk menerapkan penggunaan APD secara benar dan tepat guna melindung pekerja dan meningkatkan efisiensi dan produktifitas perusahaan.
  2. Pekerja;untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pekerja akan bahaya di tempat kerja dan pentingnya penggunaan APD secara benar untuk menghindari kecelakaan kerja.
Rekognisi
Untuk membuat program promosi APD diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang agar target yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Sebagai langkah awal dari program ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum program promosi APD di rencanakan,yaitu:
  1. Mendapatkan dukungan dari top manajemen.
  2. Menetapkan ruang lingkup promosi APD.
  3. Mengidentifikasi area-area atau jenis pekerjaan yang memerlukan APD dan menentukan jenis APD yang diperlukan untuk setiap area.
  4. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pelanggaran penggunaan APD. Jika diperlukan dapat dilakukan wawancara dengan beberpa pekerja.
  5. Mengumpulkan data-data kesehatan pekerja dari klinik,terutama yang berkaitan dengan penyakit akibat kerja (PAK).
 Analisis
Informasi-informasi yang sudah dikumpulkan pada tahap awal program ini kemudian di analisa dan diolah bersama dengan team internal departemen K3.  Informasi tersebut dijadikan landasan untuk mengembangkan program promosi. Diharapkan dari informasi diatas diketahui hal-hal sebagai berikut:
  1. Program yang akan dijadikan prioritas promosi.
  2. Dari informasi jenis bahaya ditempat kerja dapat di tentukan jenis APD yang sesuai untuk setiap bidang pekerjaan atau area kerja.
  3. Prilaku pekerja dalam menggunakan APD selama berada ditempat kerja. Dalam hal ini akan dipelajri faktor-faktor penyebab terjadinya prilaku tidak baik dalam menggunakan APD.
  4. Pengetahuan pekerja tentang APD,dapat dikelompokan padan tingkatan kurang,sedang dan baik. Tentu saja yang akan dijadikan target utama adalah pekerja dengan tingkat pengetahuan yang rendah.
  5. Kebijakan dan komitmen manajemen dalam implementasi penggunaan APD termasuk ketersediaan APD yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
  6. Kesesuaian program dengan kebutuhan perusahaan.
Perencanaan
Tahap perencanaan program promosi APD di mulai dengan pembentukan team promosi yang mewakili beberapa departemen seperti produksi,laboratorium,enjineering,dll. Team ini akan bekerja membuat program promosi dan target yang ingin dicapai  serta budget yang diperlukan untuk menjalankan program ini. Perencanaan program ini meliputi hal-hal berikut:
  1. Menentukan sasaran dan tujuan program
  2. Menentukan target yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
  3. Bentuk-bentuk program promosi dan dana yang dibutuhkan untuk menjalankan program tersebut.
  4. Membuat jadual pelaksanaan dan evaluasi.
  5. Menentukan tolok ukur keberhasilan program ini.
  1. Merancang program komunikasi dari program promosi ini agar menarik minat pekerja untuk ikut berpartisipasi.
Komunikasi
Salah satu kunci sukses dari program ini adalah bagaimana mengkomunikasikannya kepada perusahaan-perusahaan yang dijadikan target promosi. Hal ini bukanlah suatu hal yang mudah,oleh karena itu perlu dirancang suatu pola komunikasi yang jitu agar supaya pekerja mau berpartisipasi. Ada beberapa metoda komunikasi yang dilakukan untuk program ini,yaitu:
  1. Dikomunikasikan langsung oleh top manajemen sebagai bentuk dukungan dan komitmen manajemen terhadap program tersebut.
  2. Dikomunikasikan oleh manajer departemen masing-masing.
  3. Dikomunikasikan melalui daily meeting.
  4. Dikomunikasikan melalui email,papan pengumuman,sticker,spanduk,dll.
  5. Dll.
Persiapan
Setelah program promosi ini disepakati oleh manajemen dan menjadi bagian dari program utama perusahaan,maka perlu dipersiapkan hal-hal berikut sebelum pelaksanaan dilakukan,yaitu:
  1. Kesiapan manjemen dalam mendukung program ini terutama pengalokasian dana untuk kegiatan ini.
  2. Kesiapan semua team dalam melaksanakan program yang sudah dibuat baik dari sisi fisik maupun non fisik seperti pengetahuan yang cukup sebagai trainer atau surveyor.
  1. Kesiapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan seperti alat-alat uji dan ukur,alat dan media training,demo unit dan sampel untuk trial.
  2. Kesiapan adminstrasi dan dokumentasi untuk berbagai kegiatan terutama dalam bentuk prosedur,pelaporan,evaluasi,unpan balik dan pencatatan.
Implementasi
Program-program yang sudah direncanakan dijalankan secara konsisten dan berkesinambungan. Yang sangat penting dalam menjalankan program ini adalah keterlibatan manajemen dan pekerja secara menyeluruh.
Evaluasi
Untuk melihat keberhasilan program promosi APD ini,ada beberapa indikator yang dijadikan sebagai patokan keberhasilan,yaitu:
  1. Pencapaian target;semua program yang sudah di rencanakan terlaksana dengan baik susuai target dan waktu yang di tetapkan.
  1. Meningkatnya kesadaran pekerja dalam menggunakan APD sesuai standar yang direkomendasikan. Salah satu indikator yang digunakan adalah berkurangnya pelanggaran penggunaan APD.
  1. Menurunnya tingkat cidera atau sakit akibat kerja.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites